Tag Archives: Bencana

Banjir Melanda Ciamis! 6 Rumah Terendam Akibat Luapan Citanduy

Banjir akibat luapan Sungai Citanduy menerjang Dusun Manganti, Desa Sindangmukti, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, pada Kamis (13/3/2025) sekitar pukul 18.30 WIB. Hujan deras yang mengguyur sejak sore hingga malam membuat debit air sungai meningkat hingga meluap ke pemukiman warga. Akibatnya, enam rumah terendam dan penghuninya terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Kepala Pelaksana BPBD Ciamis, Ani Supiani, mengonfirmasi kejadian tersebut. Berdasarkan laporan sementara dari pemerintah desa setempat, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun warga yang terdampak harus segera dievakuasi karena kondisi rumah yang tidak layak huni. Hingga saat ini, hujan masih turun dan air belum sepenuhnya surut.

“Saat ini terdapat enam keluarga yang terdampak, dengan total 14 jiwa mengungsi,” ujar Ani.

Tak hanya banjir, bencana tanah longsor juga terjadi di Desa Payungagung, Kecamatan Panumbangan. Material longsor menutupi Jalan Kabupaten yang menghubungkan Payungagung dengan Sindangbarang, serta menutup akses Jalan Desa di Dusun Cimanglid. Kondisi ini membuat aktivitas warga terganggu, terutama bagi mereka yang bergantung pada jalur tersebut untuk beraktivitas sehari-hari.

Dampak longsor juga menyebabkan satu rumah mengalami kerusakan di Dusun Cimaja, sementara sebuah musala di Dusun Nanggeleng turut terdampak. Ani menegaskan bahwa tim BPBD terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk menangani bencana ini secepat mungkin.

“Upaya penanganan terus dilakukan. Petugas telah diterjunkan ke lokasi untuk melakukan asesmen, penanganan darurat, serta mendistribusikan bantuan logistik bagi warga yang membutuhkan,” jelasnya.

Saat ini, BPBD bersama aparat setempat masih bekerja untuk membersihkan material longsor agar akses jalan dapat kembali digunakan. Warga diimbau tetap waspada, mengingat curah hujan yang tinggi masih berpotensi menyebabkan bencana susulan.

Bencana ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk selalu siaga terhadap potensi banjir dan tanah longsor, terutama saat musim hujan tiba. Pemerintah daerah juga terus mengimbau warga yang berada di daerah rawan bencana untuk meningkatkan kewaspadaan guna meminimalkan risiko yang lebih besar.

PT Jaswita Jabar Berikan Tanggapan Terkait Alih Fungsi Lahan di Puncak Bogor

Isu terkait alih fungsi lahan di kawasan Puncak Bogor yang disebut-sebut sebagai salah satu penyebab banjir bandang di wilayah tersebut mendapatkan perhatian publik setelah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memberikan pernyataan terkait hal tersebut. Menanggapi hal itu, PT Jaswita Jabar, melalui Direktur mereka, Wahyu Nugroho, mengonfirmasi bahwa proyek rekreasi yang disebutkan oleh Dedi Mulyadi adalah Wisata Hibisc Fantasy yang terletak di kawasan Puncak Bogor.

Wahyu menjelaskan bahwa Wisata Hibisc Fantasy dikelola oleh Jaswita Lestari Jaya (JLJ), sebuah anak perusahaan dari PT Jaswita Jabar, yang bekerja sama dengan mitra serta PT Perkebunan Nusantara VIII. Proyek wisata ini mulai beroperasi pada tahun 2024, namun kedatangan destinasi wisata baru ini sempat menimbulkan kontroversi terkait dampaknya terhadap lingkungan dan perubahan fungsi lahan.

“Kami ingin menjelaskan bahwa Wisata Hibisc Fantasy, yang menjadi sorotan, memang dikelola oleh Jaswita Lestari Jaya bersama mitra kami, serta PT Perkebunan Nusantara VIII,” kata Wahyu, dalam konfirmasi kepada detikJabar pada Rabu, 5 Maret 2025. Ia juga menekankan bahwa PT Jaswita Jabar telah melakukan pengawasan ketat terhadap anak perusahaan dan memastikan bahwa semua aturan dan regulasi yang berlaku, termasuk yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor, dipatuhi.

Terkait dengan pernyataan Dedi Mulyadi yang mengaitkan PT Jaswita dengan bencana yang terjadi di Bogor, Wahyu menegaskan bahwa sejak awal PT Jaswita Jabar sudah memberikan peringatan kepada JLJ untuk mengikuti aturan yang berlaku. Wahyu juga mengungkapkan bahwa sejak 2024, saat isu terkait Hibisc Fantasy mulai muncul, mereka telah meminta JLJ untuk mematuhi semua peraturan yang ada.

Sebelumnya, Dedi Mulyadi menyampaikan keprihatinannya terhadap perubahan fungsi lahan yang dinilai berpotensi menyebabkan bencana alam di Bogor. Ia menyebutkan bahwa salah satu faktor penyebab banjir adalah pembangunan sarana rekreasi oleh PT Jaswita Jabar di kawasan Puncak. Dedi juga merujuk pada keterangan dari Bupati Bogor yang menyebutkan bahwa salah satu struktur di kawasan wisata tersebut terjatuh dan menyebabkan penyumbatan pada aliran sungai, yang akhirnya mengakibatkan luapan air.

“Mengingat pentingnya evaluasi terhadap perubahan fungsi lahan ini, saya dan Menteri Lingkungan Hidup akan segera meninjau lokasi di Bogor pada Kamis, 6 Maret 2025. Jika ditemukan pelanggaran, kami akan mengambil tindakan yang tegas,” kata Dedi Mulyadi, menegaskan perlunya tindakan segera untuk menanggulangi masalah ini.

Dedi juga menyatakan bahwa jika ditemukan bahwa pembangunan yang dilakukan mengurangi daya serap air dan berpotensi menyebabkan bencana, maka evaluasi terhadap proyek tersebut perlu dilakukan. Ia menekankan bahwa keselamatan warga harus menjadi prioritas utama, mengingat dampak buruk yang bisa ditimbulkan oleh perubahan fungsi lahan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.

Dengan adanya perhatian lebih terhadap dampak lingkungan dari proyek-proyek rekreasi ini, PT Jaswita Jabar berjanji untuk terus berkoordinasi dengan pemerintah setempat dan memastikan bahwa operasionalnya tidak merugikan masyarakat maupun lingkungan sekitar. Proyek Wisata Hibisc Fantasy, meskipun memiliki potensi ekonomi, tetap harus sejalan dengan kepentingan dan keselamatan warga serta kelestarian alam.

Krisis Bencana di Garut: 199 Insiden Terjadi dalam 4 Bulan Terakhir!

Garut – Memasuki bulan suci Ramadan, masyarakat Kabupaten Garut diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana alam yang masih berisiko terjadi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut menyatakan bahwa cuaca ekstrem, seperti hujan deras dan angin kencang, masih berpotensi memicu bencana seperti longsor dan banjir di sejumlah wilayah.

Kepala Pelaksana BPBD Garut, Aah Anwar, menyampaikan bahwa hingga saat ini kondisi cuaca masih cukup fluktuatif, dengan curah hujan tinggi di berbagai daerah. Situasi ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, termasuk angin puting beliung, tanah longsor, serta banjir bandang.

“Kami mengingatkan masyarakat, terutama yang tinggal di daerah rawan longsor dan banjir, untuk lebih berhati-hati. Jika terjadi kondisi darurat, segera laporkan ke petugas agar bisa segera ditangani,” ujarnya.

Wilayah Rawan dan Dampak Bencana

Berdasarkan pemantauan BPBD, wilayah yang memiliki potensi tinggi terhadap longsor terutama berada di Garut bagian selatan, yang memiliki banyak kawasan perbukitan dan lereng curam. Warga yang tinggal di sekitar daerah tersebut diimbau untuk menghindari lokasi rawan, terutama saat terjadi hujan deras dalam waktu yang lama.

Dalam kurun waktu empat bulan terakhir, Kabupaten Garut telah mengalami hampir 200 kejadian bencana alam. Berdasarkan data yang dihimpun BPBD, antara 17 Oktober 2024 hingga 31 Januari 2025, telah terjadi 199 peristiwa bencana, yang meliputi:

  • 102 kejadian tanah longsor
  • 81 kasus angin puting beliung dan angin kencang
  • 16 insiden banjir serta banjir bandang

Akibat bencana tersebut, ratusan rumah mengalami kerusakan, dengan rincian:
✔ 604 rumah terdampak banjir
✔ 344 rumah mengalami kerusakan ringan
✔ 11 rumah mengalami kerusakan sedang
✔ 28 rumah mengalami kerusakan berat

Selain itu, 397 keluarga dengan total 984 jiwa terdampak oleh bencana yang terjadi. Bahkan, kejadian ini juga menyebabkan korban jiwa, dengan rincian:

  • 1 orang dinyatakan hilang
  • 2 orang mengalami luka-luka
  • 1 orang meninggal dunia

Kerusakan Infrastruktur

Tak hanya permukiman warga, bencana yang melanda dalam beberapa bulan terakhir juga menyebabkan kerusakan infrastruktur di berbagai sektor, termasuk:
🏫 15 bangunan sekolah
🕌 2 tempat ibadah
🛣️ 48 ruas jalan lingkungan dan tembok penahan tanah (TPT)
🌉 5 jembatan dan 25 titik jalan mengalami kerusakan

Antisipasi dan Langkah Pencegahan

BPBD Kabupaten Garut terus berupaya untuk melakukan mitigasi dan penanganan cepat terhadap dampak bencana yang terjadi. Pihaknya juga mengajak masyarakat untuk aktif berperan serta dalam upaya pencegahan, seperti memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, menghindari aktivitas di daerah rawan, serta segera melaporkan jika terjadi tanda-tanda bahaya.

“Kami harap masyarakat bisa lebih siaga menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu ini, terutama saat bulan puasa. Jangan ragu untuk meminta bantuan kepada petugas jika mengalami kondisi darurat,” pungkas Aah Anwar.

Hujan Deras Sebabkan Longsor di Cibedug, 3 Warga Terluka

Pada Senin sore (24/2), hujan lebat yang mengguyur Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyebabkan terjadinya longsor pada tebing penahan tanah (TPT). Longsoran tersebut menimpa rumah salah satu warga, mengakibatkan tiga orang terluka akibat tertimpa reruntuhan.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, M Adam Hamdani, menjelaskan bahwa hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung cukup lama membuat tanah di sekitar lokasi menjadi labil, sehingga tidak mampu menahan beban dan akhirnya longsor.

“Curah hujan yang tinggi dengan durasi cukup lama, ditambah kondisi tanah yang tidak stabil, menyebabkan longsornya tebing penahan tanah yang berdampak langsung pada satu rumah warga,” ujar Adam kepada wartawan, Selasa (25/2/2025).

Tiga Korban Luka, Satu Masih Dirawat di RSUD Ciawi

TPT yang longsor ini memiliki ketinggian sekitar 6 meter dengan panjang dan lebar masing-masing 6 meter. Akibat peristiwa ini, tiga penghuni rumah mengalami luka-luka akibat tertimpa puing-puing bangunan.

“Ketiga korban mengalami luka akibat terkena reruntuhan rumah. Mereka segera dievakuasi dan dilarikan ke RSUD Ciawi untuk mendapatkan perawatan medis,” tambah Adam.

Saat ini, dua korban sudah diperbolehkan pulang, sementara satu lainnya masih menjalani perawatan inap karena kondisinya membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Penghuni Rumah Terpaksa Mengungsi

Selain menyebabkan korban luka, longsor ini juga membuat penghuni rumah lainnya terpaksa mengungsi ke rumah saudara karena dikhawatirkan terjadi longsor susulan yang bisa memperparah kondisi bangunan.

“Saat ini, warga sekitar bersama petugas BPBD telah melakukan pembersihan puing-puing rumah. Sementara itu, area longsoran telah ditutup menggunakan terpal untuk mencegah pergerakan tanah lebih lanjut,” jelas Adam.

BPBD Kabupaten Bogor juga mengingatkan warga yang tinggal di sekitar area rawan longsor untuk selalu waspada, terutama saat hujan deras melanda dalam waktu lama.

Rumah Tidak Layak Huni, Perlu Penanganan Lebih Lanjut

Adam menegaskan bahwa kondisi rumah yang terdampak longsor sudah tidak layak huni, karena struktur bangunan mengalami kerusakan cukup parah.

“Kondisi rumah sudah tidak aman untuk ditempati. Dibutuhkan penanganan lebih lanjut dari pihak terkait agar rumah dapat dibangun kembali dengan kondisi yang lebih aman,” pungkasnya.

Pihak BPBD dan dinas terkait saat ini masih melakukan pemantauan di lokasi kejadian serta berkoordinasi untuk menentukan langkah selanjutnya guna mencegah insiden serupa terjadi di masa mendatang.

Fenomena Oarfish: Ilmuwan Ungkap Fakta di Balik Mitos Tanda Buruk!

Kemunculan ikan oarfish, yang sering disebut sebagai “ikan kiamat,” kerap dikaitkan dengan pertanda bencana alam di berbagai belahan dunia. Mitos yang berkembang menyebutkan bahwa ikan ini muncul ke permukaan sebagai peringatan akan terjadinya gempa bumi atau tsunami. Namun, benarkah kepercayaan tersebut memiliki dasar ilmiah, atau hanya sekadar legenda yang diwariskan dari generasi ke generasi?

Legenda di Balik Kemunculan Oarfish

Dalam berbagai budaya, kemunculan ikan oarfish telah lama dianggap sebagai pertanda buruk. Dengan tubuh panjang menyerupai ular laut dan dapat mencapai ukuran lebih dari 10 kaki, ikan ini jarang terlihat karena habitatnya berada di laut dalam.

Di Jepang, oarfish dikenal sebagai ryugu no tsukai, atau “utusan dari istana dewa laut.” Kepercayaan ini telah ada sejak abad ke-17 dan semakin diperkuat oleh sejumlah laporan yang mengaitkan kemunculan ikan ini dengan peristiwa gempa besar. Sebagai contoh, menjelang gempa dahsyat di Jepang tahun 2011 yang memicu tsunami besar di Fukushima, tercatat sekitar 20 oarfish terdampar di pantai Jepang.

Tak hanya di Jepang, mitos serupa juga berkembang di berbagai wilayah pesisir dunia. Baru-baru ini, pada pertengahan Agustus 2024, seekor ikan oarfish ditemukan mengambang di dekat La Jolla Cove, San Diego, oleh kelompok pendayung kayak dan snorkeler. Kejadian tersebut menandai penampakan ke-20 oarfish di perairan California dalam kurun waktu 125 tahun.

Penjelasan Ilmiah di Balik Fenomena Oarfish

Meski banyak yang percaya bahwa kemunculan oarfish berkaitan dengan aktivitas seismik, penelitian ilmiah justru menunjukkan hal yang berbeda. Zachary Heiple, mahasiswa doktoral di Scripps Institution of Oceanography yang ikut menemukan oarfish di San Diego, mengakui bahwa mitos tersebut masih banyak dipercaya.

“Ada anggapan bahwa ikan ini merupakan pertanda buruk atau tanda akan terjadi gempa bumi dan tsunami,” ujar Heiple, dikutip dari Live Science. Namun, menurut penelitian yang diterbitkan dalam Bulletin of the Seismological Society of America pada 2019, tidak ditemukan hubungan langsung antara kemunculan oarfish dan aktivitas tektonik.

Senada dengan itu, Profesor Hiroyuki Motomura dari Universitas Kagoshima juga meragukan keterkaitan oarfish dengan bencana alam. Menurutnya, kemunculan ikan ini di perairan dangkal kemungkinan besar lebih berkaitan dengan kondisi fisik ikan yang melemah.

“Lebih masuk akal jika melihat ini sebagai tanda kesehatan ikan yang memburuk, bukan sebagai tanda gempa bumi yang akan datang,” kata Motomura dalam wawancara yang dikutip dari Times of India.

Situs Ocean Conservancy juga menjelaskan bahwa ketika ikan oarfish muncul ke permukaan, hal itu umumnya disebabkan oleh kondisi yang tidak normal. Ikan yang sakit, sekarat, atau kehilangan orientasi biasanya akan terbawa arus hingga mencapai perairan dangkal, yang akhirnya membuatnya terdampar di pantai.

Mengapa Oarfish Bisa Mati dan Terdampar?

Meski belum ada kepastian mengenai penyebab utama fenomena ini, para ilmuwan terus meneliti faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kematian dan terdamparnya ikan oarfish. Tim dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) membawa spesimen yang ditemukan di California ke Southwest Fisheries Science Center untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Menurut Ben Frable, seorang ahli ikan dari Scripps Institution of Oceanography, ada kemungkinan bahwa perubahan kondisi laut berperan dalam fenomena ini.

“Kematian tiga ikan oarfish yang muncul ke permukaan mungkin berkaitan dengan perubahan kondisi laut dan peningkatan populasi ikan oarfish di perairan kita,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa fenomena ini bisa dikaitkan dengan pola iklim global seperti siklus El Niño dan La Niña, yang memengaruhi suhu dan arus laut. Namun, faktor lain seperti arus laut yang kuat juga dapat menyebabkan ikan ini terseret ke perairan dangkal, di mana mereka kesulitan kembali ke habitat aslinya di laut dalam.

Kesimpulan: Antara Mitos dan Fakta

Walaupun kisah-kisah tentang ikan oarfish sebagai “ikan kiamat” masih berkembang di berbagai budaya, penelitian ilmiah sejauh ini tidak menemukan bukti yang menghubungkan kemunculannya dengan gempa bumi atau tsunami. Sebaliknya, faktor kesehatan, perubahan ekosistem, dan kondisi laut diyakini sebagai alasan utama mengapa ikan ini sesekali muncul di perairan dangkal dan terdampar di pantai.

Terlepas dari mitos yang ada, keberadaan oarfish tetap menjadi fenomena menarik bagi dunia ilmiah. Studi lebih lanjut mengenai ikan laut dalam ini masih terus dilakukan untuk mengungkap lebih banyak tentang kehidupan dan peran ekologisnya di lautan.

Ciamis Dilanda Angin Kencang, 7 Bangunan Rusak Akibat Terjangan!

Ciamis, Jawa Barat – Angin kencang disertai hujan deras menerjang sejumlah wilayah di Kabupaten Ciamis selama dua hari berturut-turut, menyebabkan puluhan rumah rusak serta satu warga terluka. Kejadian ini paling parah dirasakan di Dusun Karangmulya, Desa Langkapsari, Kecamatan Banjarsari, pada Jumat (7/2/2025) sore.

Bencana tersebut mengakibatkan enam rumah warga dan satu lumbung desa rusak akibat tertimpa pohon tumbang. Sementara itu, pada hari sebelumnya, sebanyak 16 rumah warga juga mengalami kerusakan akibat terjangan angin kencang.

Rumah Warga Rusak dan Satu Korban Luka-Luka

Kepala Pelaksana BPBD Ciamis, Ani Supiani, mengungkapkan bahwa angin kencang menyebabkan atap rumah warga beterbangan dan beberapa di antaranya roboh tertimpa pohon.

“Angin kencang terjadi di Desa Langkapsari, Kecamatan Banjarsari, menyapu atap rumah hingga beterbangan dan menimpa beberapa rumah warga,” ujarnya, Sabtu (8/2/2025).

Tak hanya merusak rumah, seorang warga mengalami luka-luka akibat tertimpa genting yang jatuh dari atap. Korban langsung mendapatkan pertolongan dan dilarikan ke Puskesmas setempat untuk perawatan lebih lanjut.

“Satu orang mengalami luka akibat tertimpa genting dan sudah mendapat penanganan medis di Puskesmas,” tambah Ani.

Kerusakan yang terjadi sebagian besar diakibatkan oleh pohon tumbang yang menimpa atap rumah, sementara beberapa atap lainnya tersapu angin hingga beterbangan.

“Total ada 6 rumah warga dan satu bangunan lumbung desa yang mengalami kerusakan akibat pohon tumbang,” jelasnya.

Evakuasi dan Penanganan Darurat

Setelah kejadian, petugas BPBD dibantu warga setempat langsung melakukan evakuasi dan pembersihan lokasi. Pohon-pohon yang tumbang mulai dipotong dan dipindahkan, sementara warga yang terdampak segera memperbaiki atap rumah mereka yang rusak.

“Saat ini tidak ada warga yang harus mengungsi. Namun, kami telah menyalurkan bantuan berupa sembako dan terpal untuk menutup atap rumah yang rusak,” terang Ani.

Selain di Desa Langkapsari, angin kencang juga melanda beberapa wilayah lain di Kabupaten Ciamis. Di Lingkungan Belender, Kelurahan Maleber, Kecamatan Ciamis, sebuah pohon besar tumbang hingga menimpa area pemakaman. Sementara itu, di Desa Kawasen, Kecamatan Banjarsari, sebuah pohon kelapa tumbang dan menimpa satu rumah warga.

Warga Diminta Waspada terhadap Cuaca Ekstrem

BPBD Ciamis mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi dalam beberapa hari ke depan.

“Kami mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati terhadap perubahan cuaca yang tidak menentu. Jika terjadi hujan deras disertai angin kencang, sebaiknya menghindari berada di bawah pohon besar atau bangunan yang rentan roboh,” pungkasnya.

Fenomena angin kencang seperti ini kerap terjadi saat peralihan musim. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk selalu mengikuti perkembangan informasi cuaca dari pihak berwenang dan segera melapor jika terjadi kejadian darurat. 🚨

Pakar UGM Beri Saran Jika Terjebak Rip Current dan Cara Mengenalinya di Pantai

Gunungkidul – Sebuah insiden tragis terjadi di Pantai Drini, Gunungkidul, Yogyakarta, pada Selasa (28/1/2025). Empat siswa dari SMPN 7 Mojokerto, Jawa Timur, meninggal dunia setelah terseret arus laut yang dikenal sebagai rip current. Sementara itu, sembilan siswa lainnya yang ikut bermain di lokasi yang sama berhasil selamat dari kejadian naas tersebut.

Mengenal Rip Current: Arus Laut Mematikan

Menurut Hendy Fatchurohman, seorang dosen dari Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi UGM, rip current adalah arus sempit dengan kekuatan besar yang biasanya mengalir tegak lurus dari pantai menuju laut.

“Rip current terbentuk akibat pecahnya ombak di dekat pantai, menciptakan arus umpan (feeder current) yang kemudian bergabung menjadi saluran arus kuat menuju laut,” jelas Hendy dalam keterangannya pada Jumat (31/1/2025).

Arus ini bisa mencapai kecepatan lebih dari 2 meter per detik, cukup kuat untuk menyeret bahkan perenang profesional sekalipun.

Penyebab Terjadinya Rip Current

Hendy mengungkapkan bahwa rip current terbentuk akibat dua faktor utama, yakni dinamika ombak dan pasang surut, serta struktur dasar laut (bathymetry).

“Keberadaan tebing atau pemecah gelombang (jetty) juga dapat menjadi pemicu terbentuknya rip current, karena dapat memantulkan gelombang yang datang,” ujarnya.

Rip current bisa bersifat tetap di satu lokasi atau berpindah-pindah, tergantung kondisi morfologi dasar laut.

Ciri-Ciri Rip Current yang Perlu Diwaspadai

Bagi wisatawan yang ingin bermain air di pantai, memahami tanda-tanda rip current sangat penting untuk keselamatan. Hendy menjelaskan bahwa area laut yang tampak lebih tenang dibanding sekitarnya, tanpa buih setelah gelombang pecah, bisa menjadi indikasi adanya rip current.

“Permukaan air yang terlihat lebih tenang justru bisa menjadi jebakan, karena di bawahnya terdapat arus balik yang sangat kuat,” tambahnya.

Timnya telah melakukan penelitian mengenai rip current di Pantai Drini sejak 2020 dan beberapa pantai lainnya hingga 2023.

Cara Selamat Jika Terjebak Rip Current

Hendy menegaskan bahwa seseorang yang terseret rip current sebaiknya tidak melawan arus dengan berenang ke pantai, karena dapat menyebabkan kelelahan yang berujung fatal.

“Jika terseret, berenanglah ke samping (kanan atau kiri) hingga keluar dari saluran arus. Jika memungkinkan, biarkan diri terbawa arus hingga mencapai area di mana arus melemah, baru kemudian berenang kembali ke darat,” jelasnya.

Bagi yang tidak bisa berenang, sangat disarankan untuk tidak bermain air terlalu jauh ke tengah laut dan selalu mematuhi peringatan dari petugas pantai.

Rip Current di Pantai Drini: Fenomena yang Bisa Diprediksi

Hasil penelitian Hendy dan timnya mengungkapkan bahwa Pantai Drini memiliki rip current tipe menetap, yang muncul pada jam-jam tertentu ketika kondisi ombak cukup kuat untuk membentuk arus tersebut.

“Rip current ini terjadi secara konsisten di lokasi yang sama pada waktu tertentu, sehingga bisa diprediksi dan diwaspadai,” ungkapnya.

Perlunya Mitigasi dan Kesadaran Wisatawan

Hendy menekankan pentingnya peran berbagai pihak dalam mitigasi risiko rip current. Pemerintah diharapkan memasang rambu peringatan dan memberikan edukasi mengenai bahaya rip current kepada masyarakat.

Selain itu, pengelola tempat wisata wajib memastikan keselamatan pengunjung, menyediakan informasi terkait area rawan rip current, serta menyiapkan petugas penjaga pantai yang siaga setiap saat.

Di sisi lain, wisatawan juga diimbau untuk mencari informasi sebelum berkunjung ke pantai dan selalu mengikuti arahan petugas demi keselamatan bersama.

Peristiwa di Pantai Drini ini menjadi pengingat bahwa kesadaran dan kewaspadaan terhadap rip current sangat diperlukan, guna mencegah tragedi serupa di masa mendatang.

Tiba-Tiba Meluap, Air Sungai Cimanuk Lama Resahkan Warga Indramayu

Indramayu, Jawa Barat – Jumat pagi (24/1/2025), Sungai Cimanuk Lama di Kabupaten Indramayu dilaporkan meluap, mengakibatkan sejumlah desa terendam air. Debit air yang terus meningkat sejak pagi menyebabkan permukiman warga di sekitar Kecamatan Indramayu mulai tergenang, dengan ketinggian air mencapai sekitar 50 sentimeter di beberapa lokasi.

Menurut keterangan warga setempat, Maman, air mulai meluap sekitar pukul 09.00 WIB. “Banjir ini sudah terjadi sejak pagi, kira-kira sekitar jam sembilan. Air mulai masuk ke rumah-rumah warga,” ujarnya. Hingga saat ini, luapan air belum menunjukkan tanda-tanda surut. Di wilayah bantaran sungai, ketinggian air bahkan mencapai selutut orang dewasa dan terus merambah ke beberapa RW lain.

Sungai Cimanuk Lama yang Biasanya Tenang Kini Meluap

Sungai Cimanuk Lama, yang biasanya dikenal dengan debit airnya yang cenderung stabil, dalam beberapa bulan terakhir mulai menunjukkan peningkatan volume air. Ini bukan pertama kalinya sungai tersebut meluap. Maman mengungkapkan bahwa sebelumnya luapan serupa pernah terjadi, namun tidak sebesar kejadian kali ini. “Pernah terjadi sebelumnya saat Pilkada, tapi saat itu tidak terlalu deras seperti sekarang,” tambahnya.

Dugaan Penyebab Banjir

Hingga saat ini, penyebab pasti luapan air Sungai Cimanuk Lama belum dapat dipastikan. Namun, sejumlah warga menduga proyek pembangunan di sekitar Bendungan Karet Cimanuk yang belum selesai menjadi salah satu faktor penyebab. “Mungkin karena perbaikan bendungan Bangkir belum selesai, jadi air meluap ke sini,” kata Maman.

Sayangnya, hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu terkait kondisi ini. Warga berharap pihak terkait segera mengambil langkah untuk mengatasi banjir dan mencegah dampak yang lebih luas.

Warga Diminta Tetap Waspada

Dengan kondisi debit air yang masih tinggi, warga di sekitar bantaran Sungai Cimanuk Lama diimbau untuk tetap waspada dan bersiap menghadapi kemungkinan banjir yang lebih besar. Perkembangan situasi akan terus dipantau sambil menunggu langkah penanganan dari pihak berwenang.

Banjir ini menjadi pengingat akan pentingnya manajemen air dan kesiapan infrastruktur dalam menghadapi cuaca ekstrem, terutama di wilayah yang rentan bencana seperti Indramayu.

Bencana Alam Longsor Di Denpasar, Lima Orang Tewas Dan Tiga Luka-Luka

Bencana longsor yang terjadi di Kota Denpasar, Bali, mengakibatkan lima orang tewas dan tiga lainnya mengalami luka-luka. Peristiwa tragis ini terjadi pada pagi hari di Jalan Ken Dedes, Ubung Kaja, saat para korban sedang tidur di kos-kosan mereka.

Longsor ini terjadi sekitar pukul 07.00 WITA setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Material tanah dan bebatuan dari atas tebing longsor menimpa bangunan tempat tinggal para korban, yang merupakan buruh bangunan. Kejadian ini menunjukkan bahwa cuaca ekstrem dapat menyebabkan bencana alam yang merugikan masyarakat. Hal ini mencerminkan perlunya perhatian lebih terhadap kondisi cuaca dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana.

Tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, dan relawan segera melakukan pencarian dan evakuasi setelah menerima laporan mengenai longsor tersebut. Dari delapan orang yang berada di lokasi kejadian, lima orang dinyatakan tewas, sementara tiga lainnya berhasil selamat namun mengalami luka-luka. Proses evakuasi berlangsung dengan cepat meskipun tim menghadapi tantangan akibat kondisi tanah yang tidak stabil. Ini menunjukkan dedikasi tim penyelamat dalam menghadapi situasi darurat.

Kehilangan nyawa akibat longsor ini memberikan dampak besar bagi keluarga korban dan masyarakat setempat. Para korban yang tewas adalah pencari nafkah utama bagi keluarganya, sehingga tragedi ini tidak hanya menyisakan duka tetapi juga masalah ekonomi bagi mereka yang ditinggalkan. Ini mencerminkan pentingnya dukungan sosial bagi keluarga korban dalam masa-masa sulit seperti ini.

Masyarakat setempat menunjukkan kepedulian terhadap kejadian ini dengan mengadakan doa bersama untuk para korban. Sementara itu, pihak berwenang mengimbau agar warga waspada terhadap potensi bencana alam lainnya mengingat cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi di Bali. Reaksi ini menunjukkan bahwa solidaritas sosial sangat penting dalam menghadapi bencana.

Dengan terjadinya bencana longsor yang merenggut nyawa lima orang di Denpasar, semua pihak berharap agar kejadian serupa dapat dicegah melalui peningkatan sistem peringatan dini dan edukasi masyarakat tentang risiko bencana. Diharapkan bahwa upaya mitigasi bencana akan lebih ditingkatkan untuk melindungi warga dari dampak buruk bencana alam di masa depan. Keberhasilan dalam mengatasi masalah ini akan menjadi indikator penting bagi kesiapsiagaan daerah dalam menghadapi bencana.

Banjir Hebat Melanda Bandar Lampung, 11.223 Orang Terkena Dampaknya

Kota Bandar Lampung, Lampung, dilanda banjir besar sejak Jumat (17/1/2025), yang telah merendam sejumlah wilayah di kota tersebut. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung melaporkan bahwa sekitar 11.223 jiwa menjadi korban dari bencana banjir ini. Banjir menggenangi 16 dari 20 kecamatan di kota tersebut, serta 79 kelurahan dari total 124 kelurahan yang ada.

Menurut Analis Bencana BPBD Provinsi Lampung, Wahyu Hidayat, data sementara menunjukkan bahwa dampak banjir sangat signifikan, tidak hanya merendam rumah-rumah warga tetapi juga mengganggu kehidupan sehari-hari. “Banjir ini telah mempengaruhi banyak masyarakat, dengan total 14.160 unit rumah yang terendam,” ujar Wahyu pada Minggu (19/1/2025).

Banjir yang terjadi telah menggenangi beberapa kecamatan dengan tingkat kerusakan yang bervariasi. Kecamatan Bumi Waras, misalnya, mencatatkan 2.989 unit rumah yang terendam, sementara Kecamatan Kedaton mengalami dampak besar dengan 318 unit rumah dan 470 kepala keluarga terdampak. Selain itu, Kecamatan Panjang menjadi salah satu kawasan yang paling parah dengan lebih dari 2.800 rumah yang terendam.

BPBD Provinsi Lampung dan berbagai instansi terkait, seperti TNI, Polri, dan Dinas Pemadam Kebakaran, tengah bergerak cepat untuk membersihkan lumpur yang masuk ke permukiman warga dan memberikan bantuan darurat. “Kami bersama TNI, Polri, dan instansi lainnya telah menyalurkan bantuan logistik serta melakukan pembersihan di wilayah-wilayah yang terdampak,” ujar Wahyu Hidayat.

Pihak BPBD juga sedang melakukan asesmen lebih lanjut untuk menilai kerusakan dan dampak jangka panjang dari bencana ini. Seluruh elemen masyarakat, termasuk Forum Rescue Relawan Lampung, juga turut serta dalam upaya penanganan darurat.

Dalam rekapitulasi kerusakan berdasarkan kecamatan, wilayah seperti Teluk Betung Timur, Sukabumi, dan Kedaton mengalami kerusakan signifikan dengan ribuan rumah terdampak. Di Kecamatan Teluk Betung Timur, lebih dari 2.100 rumah terendam banjir, sedangkan Kecamatan Sukabumi melaporkan hampir 1.500 jiwa terdampak.

Pemerintah setempat terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memberikan penanganan yang lebih baik. Meskipun air banjir mulai surut, banyak wilayah yang masih membutuhkan perhatian khusus untuk pemulihan dan pembersihan. BPBD Provinsi Lampung menghimbau warga untuk tetap waspada terhadap kemungkinan banjir susulan yang dapat terjadi kapan saja.

Dengan banyaknya masyarakat yang terdampak, diharapkan bantuan terus mengalir dan upaya pemulihan dapat segera dilakukan agar kehidupan warga yang terkena dampak dapat kembali normal.