Jakarta – Vietnam baru-baru ini mengalami serangan bencana alam yang dahsyat ketika Topan Yagi, salah satu topan terkuat dalam sejarah Asia, menghantam negara tersebut. Dalam beberapa hari terakhir, badai ini telah menyebabkan kematian setidaknya 179 orang dan menghancurkan infrastruktur di seluruh Vietnam.
Topan Yagi: Kekuatan Alam yang Menghancurkan
Topan Yagi, yang sebelumnya dikategorikan sebagai badai kategori 5, telah menurunkan statusnya menjadi ‘depresi tropis’. Meski demikian, kekuatan Yagi tetap menakutkan dengan kecepatan angin maksimum mencapai 234 km per jam. Nama “Yagi” diambil dari bahasa Jepang, yang berarti kambing, merujuk pada makhluk mitologis setengah kambing dan setengah ikan, menandakan kekuatan yang hampir tidak bisa diatasi.
Dalam tiga dekade terakhir, Yagi merupakan topan terkuat yang pernah melanda Vietnam, menimbulkan kerusakan yang sangat luas. Sebelum mencapai Vietnam, topan ini telah merenggut nyawa 24 orang di Tiongkok selatan dan Filipina, menambah daftar panjang korban dari badai yang mengerikan ini.
Kehancuran di Vietnam: Banjir Hebat dan Kerusakan Infrastruktur
Topan Yagi mulai melanda Vietnam pada 7 September, memicu banjir hebat di ibu kota Hanoi. Sungai Merah meluap ke level tertinggi dalam dua dekade terakhir, menyapu bersih jalan-jalan dan permukiman. Desa Lang Nu di provinsi Lao Cai mengalami banjir bandang yang mengakibatkan kerusakan parah pada infrastruktur.
Selama empat hari, badai ini membuat jembatan runtuh, menghanyutkan sepuluh mobil dan dua skuter ke dalam Sungai Merah, dan merobohkan banyak atap serta pohon-pohon. Beberapa sekolah di Hanoi terpaksa menutup aktivitasnya untuk melindungi siswa dan penduduk yang telah dievakuasi.
Dampak pada Indonesia: Apa Kata BMKG?
Meskipun dampak Topan Yagi sangat menghancurkan di Vietnam, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa efeknya pada Indonesia relatif minim. Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa meskipun Yagi mempengaruhi cuaca regional, dampaknya terhadap Indonesia tidak signifikan. “Hanya gelombang laut di Natuna Utara yang mencapai sekitar 1,25 meter,” kata Guswanto.
BMKG juga mencatat bahwa pada 5 September, siklon tropis Yagi berada di Laut China Selatan, sekitar 1.760 kilometer sebelah utara Tarakan, Kalimantan Utara. Meskipun siklon ini diprediksi akan bergerak lambat ke barat, dampaknya terhadap wilayah Indonesia tetap kecil.
Kesimpulan: Pelajaran dari Topan Yagi
Topan Yagi menunjukkan betapa kuatnya bencana alam dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan infrastruktur. Sementara Vietnam menghadapi dampak yang menghancurkan, Indonesia dapat belajar dari kejadian ini untuk memperkuat sistem peringatan dini dan kesiapsiagaan bencana. Penting bagi negara-negara di kawasan untuk terus beradaptasi dengan perubahan iklim dan meningkatkan respon terhadap bencana.