Tio Pakusadewo, seorang ayah yang dikenal tegas di lingkungan sekitarnya, tiba-tiba menjadi sorotan publik setelah insiden yang mengejutkan.
Karakteristiknya yang keras dan disiplin tampaknya tidak cukup kuat untuk menjelaskan tindakan yang dilakukannya baru-baru ini.
Dalam pandangan banyak orang, Tio adalah sosok yang patut dihormati, tetapi tindakan brutalnya terhadap pacar anaknya membuat banyak orang bertanya-tanya tentang integritas dan kemanusiaannya.
Insiden tersebut terjadi ketika Tio mendapati pacar anaknya, seorang pemuda bernama Rian, sedang berbincang-bincang dengan putrinya di halaman rumah. Dalam sekejap, Tio meluapkan emosinya dengan menampar Rian, membuat suasana menjadi tegang dan penuh kebingungan.
Semua yang menyaksikan peristiwa itu terdiam, tidak percaya bahwa seorang ayah bisa melakukan tindakan sekejam itu hanya karena ketidakpuasan terhadap pilihan anaknya.
Ketika ditanya mengenai alasannya, Tio memberikan jawaban yang sangat tidak memuaskan. Ia mengklaim bahwa Rian tidak cukup baik untuk putrinya dan bahwa dia tidak menyukai cara pemuda itu memperlakukan anaknya.
Namun, banyak yang merasa alasan tersebut tidak cukup kuat untuk membenarkan tindakannya. Mengapa harus resort ke kekerasan? Bukankah seharusnya dialog dan pemahaman yang lebih baik menjadi solusi?
Beberapa orang mengutuk tindakan Tio dengan keras, sementara yang lain berusaha memahami konteks emosional yang mungkin melatarbelakangi perbuatannya.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa tindakan kekerasan tidak pernah dibenarkan, apalagi oleh seorang ayah. Tindakan ini menciptakan stigma dan ketidakpercayaan di antara generasi muda terhadap orang tua mereka, yang seharusnya menjadi pelindung dan pendukung.
Dalam pandangan banyak orang, tindakan Tio Pakusadewo menampar pacar anaknya adalah sesuatu yang sangat tidak masuk akal. Kekerasan bukanlah jalan keluar dari masalah, dan tindakan tersebut hanya akan menambah luka dalam hubungan antara orang tua dan anak.
Tio seharusnya menyadari bahwa komunikasi yang baik dan saling menghormati adalah kunci untuk membangun hubungan keluarga yang sehat.
Dalam dunia yang semakin maju ini, kita harus belajar untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang lebih konstruktif, bukan dengan kekerasan yang hanya akan menimbulkan lebih banyak masalah.