Jakarta, 7 September 2024 – Timor Leste sedang bersiap-siap untuk menyambut kunjungan bersejarah Paus Fransiskus pada 9-12 September mendatang. Peristiwa ini diperkirakan akan menjadi salah satu momen paling penting sejak negara tersebut merdeka dari Indonesia pada tahun 2002. Namun, di balik antusiasme menyambut Paus, terdapat kontroversi yang tengah berlangsung di kawasan Tasitolu, dekat Ibu Kota Dili, yang memicu perdebatan di kalangan warga dan pemerintah.
Persiapan Besar-Besaran untuk Misa Suci
Tasitolu, sebuah kawasan yang terletak sekitar 15 menit berkendara dari Dili, telah dipilih sebagai lokasi untuk misa suci yang akan dipimpin oleh Paus Fransiskus. Kawasan ini, yang dikenal dengan ruang terbuka luasnya, dianggap sebagai tempat ideal untuk menampung jumlah besar umat Katolik yang diharapkan akan menghadiri acara tersebut. Dengan sekitar 95 persen dari 1,3 juta penduduk Timor Leste adalah umat Katolik, kunjungan Paus Fransiskus menjadi sangat signifikan.
Diperkirakan bahwa sekitar 700 ribu orang, atau sekitar 53,8 persen penduduk Timor Leste, akan hadir dalam misa suci ini. Kunjungan Paus Fransiskus, yang akan berlangsung selama tiga hari, diharapkan menjadi momen yang tak terlupakan bagi umat Katolik di Timor Leste dan seluruh dunia. Persiapan besar-besaran dilakukan untuk memastikan acara ini berjalan lancar, tetapi proses persiapan ini juga menimbulkan beberapa isu sosial yang serius.
Kontroversi Penggusuran Rumah di Tasitolu
Sebagai bagian dari persiapan untuk kunjungan Paus, pemerintah Timor Leste telah memutuskan untuk menggusur rumah-rumah di kawasan Tasitolu yang dianggap sebagai lokasi penting untuk acara misa. Pemerintah menyebutkan bahwa penggusuran ini dilakukan karena adanya kebutuhan untuk membersihkan area dari bangunan ilegal yang menghalangi ruang terbuka yang diperlukan untuk menampung pengunjung misa.
Namun, keputusan ini memicu ketidakpuasan dan kekhawatiran di kalangan warga Tasitolu. Sekitar 185 keluarga telah diberitahu bahwa rumah mereka akan digusur. Ana Bela da Cruz, salah satu warga yang terkena dampak, mengungkapkan rasa sedihnya kepada ABC Net, “Saya sangat sedih. Mereka memberi kami pemberitahuan yang sangat singkat dan sekarang mereka datang dan menghancurkan rumah-rumah kami.”
Reaksi Masyarakat Terhadap Penggusuran
Meskipun penggusuran ini menjadi momen yang menyedihkan bagi beberapa warga Tasitolu, antusiasme masyarakat Dili terhadap kunjungan Paus Fransiskus sangat besar. Kota Dili dihiasi dengan papan iklan yang menyambut Paus Fransiskus, dan kaus dengan gambar Paus dijual di berbagai sudut jalan. Bagi banyak warga, kunjungan Paus adalah sebuah kehormatan dan kesempatan langka yang dinantikan dengan penuh semangat.
Bendita de Jesus, seorang pedagang pasar di Dili, berbagi kegembiraannya, “Saya sangat gembira, saya menghitung hari-hari.” Begitu juga dengan Angelina Pereira Soares, pedagang pasar lainnya, yang mengatakan, “Saya sangat senang dia datang. Namun, bagus juga Paus datang mengunjungi Timor. Dia akan melihat penderitaan dan perjuangan kita dalam kehidupan sehari-hari.”
Tantangan dan Implikasi Sosial
Penggusuran rumah di Tasitolu menimbulkan beberapa tantangan sosial dan hukum. Sekretaris Perencanaan Kota Timor-Leste, Germano Dias, menjelaskan bahwa tindakan ini merupakan bagian dari upaya untuk memastikan bahwa area tersebut sesuai dengan standar yang diperlukan untuk acara besar. “Mereka harus meninggalkan daerah ini. Itu adalah bagian dari daerah yang dilindungi. Mereka harus kembali ke desa asal mereka,” ungkap Dias.
Namun, banyak pihak merasa bahwa tindakan ini seharusnya dilakukan dengan lebih hati-hati dan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak. Penggusuran mendadak tanpa memberikan solusi yang memadai untuk relokasi warga sering kali menimbulkan ketidakadilan dan kesulitan tambahan bagi mereka yang harus meninggalkan rumah mereka.
Peran Paus Fransiskus dalam Momen Bersejarah
Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial. Kehadirannya di Timor Leste diharapkan membawa harapan dan dorongan baru bagi umat Katolik di negara tersebut. Selain merayakan misa suci, kunjungan Paus juga merupakan kesempatan untuk memperkuat ikatan spiritual dan solidaritas di antara umat Katolik di seluruh dunia.
Namun, situasi di Tasitolu menunjukkan bahwa setiap acara besar dengan dampak luas sering kali membawa tantangan yang perlu ditangani dengan bijaksana. Momen bersejarah ini harus diimbangi dengan perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat lokal, terutama mereka yang harus menghadapi dampak langsung dari persiapan acara.
Kesimpulan
Kunjungan Paus Fransiskus ke Timor Leste merupakan peristiwa yang sangat berarti bagi umat Katolik di negara tersebut. Meskipun antusiasme untuk menyambut Paus sangat tinggi, proses persiapan, termasuk penggusuran rumah di Tasitolu, menimbulkan tantangan sosial yang signifikan. Penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk mencari solusi yang adil dan manusiawi dalam menghadapi situasi ini. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan kunjungan Paus dapat menjadi momen yang tidak hanya penuh makna spiritual tetapi juga membawa dampak positif bagi seluruh komunitas Timor Leste.