11 Orang Diamankan Terkait Kasus Pembakaran Rumah di Depok

Sebuah rumah di kawasan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat, dilalap api usai dibakar oleh sekelompok massa pada dini hari tadi. Kepolisian telah mengamankan 11 orang yang diduga terlibat dalam aksi pembakaran tersebut.

“Sebanyak 11 orang telah diamankan,” ujar Kasat Reskrim Polres Metro Depok, AKBP DK Zendrato, saat dikonfirmasi wartawan pada Senin (24/2).

Hingga kini, motif di balik insiden pembakaran tersebut masih belum terungkap. Zendrato menambahkan bahwa pihak kepolisian masih terus menyelidiki para terduga pelaku untuk mengungkap latar belakang kejadian ini.

“Kami masih melakukan pemeriksaan mendalam terkait pemicu bentrokan ini,” jelasnya.

Penyelidikan lebih lanjut masih berlangsung, termasuk rekonstruksi kronologi kejadian. Tim penyidik saat ini tengah melakukan pemeriksaan saksi dan olah tempat kejadian perkara (TKP).

“Kami masih mendalami keseluruhan kronologi. Penyidik terus mengumpulkan bukti dan melakukan olah TKP,” tutupnya.

Viral di Media Sosial

Kejadian ini menjadi sorotan publik setelah video aksi pembakaran beredar luas di media sosial. Peristiwa terjadi pada Senin (24/2) dini hari dan menunjukkan kobaran api melalap rumah warga.

Dalam rekaman yang beredar, terlihat sejumlah pelaku membakar gerobak dorong di depan rumah tersebut. Mereka juga membawa senjata tajam jenis celurit serta merusak isi rumah hingga barang-barangnya berserakan di halaman.

Meski demikian, polisi memastikan tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Saat ini, proses penyelidikan masih terus berlangsung untuk mengungkap fakta lebih lanjut terkait kejadian tersebut.

Makna Istilah Gaul ‘Skidipapap’: Ekspresi Viral di Media Sosial

Media sosial selalu menghadirkan berbagai istilah baru yang menjadi tren di kalangan penggunanya. Salah satu istilah yang belakangan ini ramai diperbincangkan adalah “skidipapap.” Bagi sebagian orang, istilah ini mungkin terdengar asing, tetapi bagi pengguna aktif media sosial, terutama generasi muda, kata ini sudah menjadi bagian dari komunikasi sehari-hari. Lalu, apa sebenarnya arti skidipapap, bagaimana asal-usulnya, dan bagaimana istilah ini digunakan? Mari kita kupas lebih dalam.

Makna Skidipapap

Skidipapap adalah istilah dalam bahasa gaul yang tidak memiliki arti baku atau harfiah. Kata ini lebih berfungsi sebagai ekspresi spontan yang dapat digunakan dalam berbagai situasi, tergantung pada konteksnya. Secara umum, skidipapap kerap digunakan untuk mengekspresikan kegembiraan, kejutan, atau sekadar sebagai kata seru tanpa makna spesifik.

Seiring dengan popularitasnya, beberapa orang menghubungkan skidipapap dengan makna tertentu, termasuk dalam konteks dewasa. Namun, penggunaan awalnya lebih bersifat netral dan banyak digunakan sebagai bagian dari guyonan ringan di dunia maya.

Istilah ini juga sering muncul bersamaan dengan frasa seperti “sawadikap” dan “biskuit ahoy,” yang membentuk kombinasi kata yang banyak digunakan dalam candaan di media sosial.

Asal-usul Skidipapap

Mencari asal-usul istilah skidipapap bukan hal yang mudah, mengingat bahasa gaul sering muncul secara spontan dan cepat menyebar tanpa dokumentasi resmi. Beberapa teori yang beredar mengenai kemunculan istilah ini antara lain:

  1. Suara atau Bunyi Imitatif: Ada spekulasi bahwa skidipapap berasal dari tiruan suara dalam sebuah lagu, iklan, atau konten media lainnya.
  2. Kreasi Spontan: Bisa jadi istilah ini muncul secara spontan dalam interaksi daring dan kemudian menjadi tren karena dianggap unik dan menarik.
  3. Perkembangan Bahasa Gaul: Skidipapap mungkin merupakan evolusi dari kata-kata slang yang telah ada sebelumnya.
  4. Pengaruh Budaya Pop: Tidak menutup kemungkinan bahwa istilah ini terinspirasi dari meme, musik, atau tren yang berkembang di dunia hiburan.

Walau asal-usul pastinya belum jelas, skidipapap telah menjadi istilah yang banyak digunakan dalam percakapan online, terutama di Indonesia.

Penggunaan Skidipapap dalam Interaksi Online

Istilah skidipapap memiliki fleksibilitas dalam penggunaannya. Beberapa contoh penggunaannya adalah:

  • Sebagai ungkapan kegembiraan: “Yeay, akhirnya liburan! Skidipapap!”
  • Menunjukkan keterkejutan: “Tiba-tiba ada diskon besar-besaran! Skidipapap!”
  • Bagian dari lelucon: “Kenapa ayam menyeberang jalan? Skidipapap sawadikap biskuit ahoy!”
  • Pengisi percakapan: Kadang digunakan sebagai kata seru tanpa makna khusus.
  • Caption di media sosial: Dipakai untuk memperjelas ekspresi dalam unggahan di Instagram, TikTok, dan platform lainnya.

Namun, karena sifatnya yang informal, istilah ini sebaiknya digunakan dalam situasi santai dan di antara orang-orang yang memahami konteksnya.

Variasi dan Modifikasi Istilah

Seperti kebanyakan bahasa gaul lainnya, skidipapap juga mengalami variasi dan pengembangan, misalnya:

  • Skidipap: Versi lebih singkat dari skidipapap.
  • Skidipapapap: Penambahan suku kata untuk menambah efek dramatis.
  • Skidi: Bentuk lebih pendek yang terkadang digunakan.
  • Skidipapap sawadikap: Kombinasi dengan istilah lain yang sering muncul bersamaan.

Perubahan-perubahan ini menunjukkan bagaimana bahasa gaul dapat berkembang sesuai dengan kreativitas penggunanya.

Tren Skidipapap di Media Sosial

Skidipapap telah menjadi fenomena tersendiri di berbagai platform media sosial. Tren ini bisa diamati melalui:

  • Meme dan konten viral yang menggunakan istilah ini sebagai elemen humor.
  • Hashtag populer seperti #Skidipapap yang sering muncul di Twitter dan Instagram.
  • Challenge di TikTok, di mana istilah ini digunakan dalam audio atau tantangan tertentu.
  • Merchandise, seperti kaos atau stiker dengan tulisan skidipapap.
  • Parodi dan remix lagu yang mengadaptasi istilah ini dalam bentuk hiburan kreatif.

Popularitas ini membuktikan bagaimana sebuah istilah sederhana dapat berkembang menjadi fenomena budaya yang lebih luas.

Kontroversi dan Tantangan Penggunaan

Meski banyak digunakan, skidipapap juga memunculkan beberapa kontroversi, di antaranya:

  • Tafsir negatif: Sebagian orang menganggap istilah ini memiliki konotasi kurang sopan, meskipun tidak ada makna resmi yang mendukung anggapan tersebut.
  • Penggunaan berlebihan: Beberapa pengguna media sosial merasa istilah ini terlalu sering digunakan hingga kehilangan maknanya.
  • Kesalahpahaman antar generasi: Generasi yang lebih tua mungkin kurang memahami arti dan konteks penggunaannya.
  • Dampak terhadap bahasa baku: Beberapa ahli bahasa khawatir bahwa maraknya istilah slang dapat memengaruhi penggunaan bahasa Indonesia yang lebih formal.

Namun, seperti banyak istilah gaul lainnya, skidipapap hanyalah bagian dari tren komunikasi yang terus berkembang.

Kesimpulan

Skidipapap adalah contoh nyata dari bagaimana bahasa gaul dapat berkembang dan menjadi tren di era digital. Meskipun tidak memiliki arti harfiah yang jelas, istilah ini telah menjadi bagian dari kosakata populer di kalangan pengguna media sosial.

Penggunaannya yang luas menunjukkan kreativitas linguistik anak muda dalam menciptakan ekspresi baru. Namun, penting untuk memahami bahwa bahasa gaul seperti ini harus digunakan secara bijak, sesuai konteks, dan dengan audiens yang tepat.

Sebagai bagian dari fenomena budaya digital, istilah seperti skidipapap menunjukkan bagaimana komunikasi terus berkembang, mencerminkan perubahan sosial, dan menjadi cerminan ekspresi generasi masa kini.

Tenang Seperti Tak Bersalah, Pembunuh Kakak di Sukabumi Ditangkap saat Merokok

Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Sukabumi Kota mengamankan seorang pria berinisial F (53), warga Kampung Ciparay, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pria tersebut diduga kuat telah menghabisi nyawa kakak kandungnya, HG (55), dalam sebuah pertikaian yang berujung tragis.

Kasat Reskrim Polres Sukabumi Kota, AKP Bagus Panuntun, mengungkapkan bahwa tersangka ditangkap di rumahnya tanpa adanya perlawanan.

“Pelaku yang bertempat tinggal di Desa Cikahuripan, Kecamatan Kadudampit, berhasil kami amankan tak lama setelah melakukan tindakan penganiayaan hingga menyebabkan korban meninggal dunia,” ujar Bagus pada Sabtu, 22 Februari 2025.

Dalam penangkapan tersebut, polisi juga menyita sebuah senjata tajam jenis katana, yang diduga kuat digunakan oleh F untuk menghabisi nyawa kakaknya.

Kronologi Kejadian: Sengketa Warisan Berujung Maut

Kasus ini bermula ketika korban HG datang ke rumah tersangka di Kampung Ciparay pada Sabtu, 22 Februari 2025. Kunjungan itu bertujuan untuk membahas sengketa tanah warisan yang menjadi sumber konflik di antara mereka.

Namun, perbincangan yang awalnya dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan justru berubah menjadi pertengkaran hebat. Emosi keduanya memuncak hingga mereka keluar rumah untuk melanjutkan adu mulut di luar. Dalam kondisi tersulut amarah, F tiba-tiba mengambil sebilah katana dan langsung menebaskan senjata tajam tersebut ke tubuh kakaknya berkali-kali.

Korban yang tak sempat menghindar langsung tersungkur ke tanah, dengan tubuh bersimbah darah. Beberapa saat setelahnya, HG dinyatakan meninggal dunia di lokasi kejadian akibat kehabisan darah.

Ironisnya, setelah melakukan aksi brutal tersebut, tersangka tidak berusaha melarikan diri. Sebaliknya, ia malah kembali masuk ke dalam rumahnya dan dengan santai merokok seakan tidak terjadi apa-apa.

Warga Takut Mendekat, Polisi Bergerak Cepat

Warga sekitar yang menyaksikan kejadian mengerikan itu tidak berani mendekati lokasi. Mereka pun segera melaporkan insiden tersebut ke Polsek Kadudampit. Tak berselang lama, personel dari Unit Reskrim Polsek Kadudampit yang dibantu oleh Satreskrim Polres Sukabumi Kota langsung mendatangi tempat kejadian perkara (TKP).

Setibanya di lokasi, polisi mendapati tersangka masih duduk santai di dalam rumah sambil merokok, tanpa menunjukkan tanda-tanda ingin kabur. Petugas pun langsung mengamankannya tanpa perlawanan dan membawanya ke Mapolres Sukabumi Kota untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Sementara itu, pihak kepolisian segera melakukan serangkaian prosedur standar, seperti memasang garis polisi, melakukan olah TKP, mengumpulkan keterangan saksi, serta mengevakuasi jasad korban ke RSUD R. Syamsudin SH, Kota Sukabumi untuk diautopsi.

Korban Mengalami Enam Luka Tebas di Bagian Vital

Hasil pemeriksaan awal menunjukkan bahwa HG mengalami enam luka terbuka akibat sabetan senjata tajam. Luka-luka tersebut ditemukan di bagian belakang kepala, pelipis, dahi, dada, serta tangan. Akibat serangan bertubi-tubi tersebut, korban mengalami pendarahan hebat yang membuatnya meninggal di tempat.

“Korban mengalami enam luka tebas yang sangat fatal, salah satunya di bagian kepala dan dada. Dugaan sementara, korban meninggal akibat kehabisan darah,” terang AKP Bagus Panuntun.

Penyidik Dalami Motif Pembunuhan

Meski insiden ini diduga dipicu oleh perselisihan soal tanah warisan, polisi masih mendalami kemungkinan adanya motif lain di balik aksi brutal ini.

“Kami masih menggali lebih dalam alasan di balik penganiayaan ini. Apakah murni karena sengketa atau ada faktor lain yang melatarbelakanginya,” kata Bagus.

Tersangka Dijerat Pasal Pembunuhan Berencana

Atas perbuatannya, tersangka F dijerat dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, serta Pasal 351 Ayat (3) KUHP tentang penganiayaan yang mengakibatkan kematian.

“Dari hasil penyelidikan awal, tersangka kami jerat dengan pasal pembunuhan berencana. Sebab, sebelum insiden terjadi, pelaku sudah menyiapkan senjata tajam berupa katana untuk menghabisi korban,” pungkas AKP Bagus.

Kasus ini masih dalam proses penyelidikan lebih lanjut, sementara tersangka kini mendekam di tahanan untuk menjalani proses hukum atas perbuatannya.

Dua Tersangka Ditahan Polisi Usai Insiden Berdarah di Kelapa Gading

Seorang pria berinisial M (31) mengalami berbagai luka akibat bentrokan antar kelompok di Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Polisi telah mengamankan dua tersangka yang terlibat dalam penganiayaan tersebut. Kapolsek Kelapa Gading, Kompol Seto Handoko, menyatakan, “Kedua pelaku telah kami tahan pada dini hari ini,” saat dihubungi detikcom pada Sabtu (22/2/2025).

Tersangka yang ditahan adalah MP (42) dan MB (41), yang diamankan oleh Tim Operasi Unit Reskrim Polsek Kelapa Gading bersama Polres Metro Jakarta Utara di lokasi yang tidak jauh dari tempat kejadian.

Menurut keterangan tersangka, mereka mengaku memukul korban menggunakan sebilah kayu kaso yang ujungnya dilengkapi paku, dengan dua kali pukulan tepat di bagian belakang kepala korban. Akibatnya, korban mengalami luka di kepala, termasuk sobekan di telinga kiri, patahnya tiga gigi depan, luka pada bibir depan, sobekan di dahi, serta luka di tangan, kaki, dan memar di bagian punggung.

Insiden tersebut terjadi pada Jumat (21/2) sore dan bermula dari aksi pembakaran sampah di sebuah lahan kosong yang diklaim oleh kelompok pelaku. Kapolsek Seto Handoko menjelaskan bahwa awal mula peristiwa adalah ketika seseorang mulai membakar sampah. Pada saat itu, korban M bersama dua rekannya mendekati markas kelompok pelaku untuk menyampaikan teguran karena asap pembakaran yang mengganggu mereka.

Kompol Seto juga menambahkan bahwa kedua kelompok tersebut menduduki lahan sengketa; mereka menempati dua blok yang hanya dipisahkan oleh tumpukan puing-puing, yang juga berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah.

Untuk informasi lebih lanjut, baca artikel detiknews berjudul “Polisi Tangkap 2 Pelaku Terkait Bentrokan Berdarah di Kelapa Gading”.

Pembunuhan Keji! Eko Mutilasi Agus Secara Brutal

Sebuah kasus pembunuhan disertai mutilasi yang menggemparkan terjadi di Jombang, Jawa Timur. Seorang pria bernama Eko Fitrianto (38) tega menghabisi nyawa rekannya, Agus Sholeh (37), dengan cara yang sadis. Mirisnya, korban masih dalam kondisi hidup saat dimutilasi.

Awal Mula Peristiwa: Minuman Keras dan Cekcok Berujung Maut

Kejadian mengerikan ini bermula pada Sabtu (8/2) malam, ketika Eko dan Agus sedang menikmati minuman keras bersama di area persawahan Dusun Dukuhmireng, Desa Dukuharum, Megaluh. Lokasi yang jauh dari pemukiman membuat mereka leluasa tanpa ada yang mengawasi.

Menurut keterangan Kasat Reskrim Polres Jombang AKP Margono Suhendra, pelaku mengaku kehilangan kendali akibat terlalu banyak menenggak miras. Dalam kondisi mabuk, keduanya terlibat cekcok yang berujung pada perkelahian sengit.

“Eko tersinggung oleh perkataan Agus, lalu memukul wajah dan kepala korban berkali-kali, kemudian menendangnya hingga terjatuh,” ungkap Margono.

Setelah Agus tak sadarkan diri, Eko memutuskan pulang sejenak untuk mengambil sosrok—senjata tajam yang biasa ia gunakan untuk bekerja. Dengan niat yang sudah bulat, ia kembali ke lokasi kejadian.

Pembunuhan Sadis: Mutilasi di Saluran Irigasi

Begitu tiba di tempat kejadian, Eko menyeret tubuh Agus ke saluran irigasi di Dusun Dukuhmireng. Di sinilah tragedi mengerikan terjadi. Dengan sosrok di tangannya, Eko langsung memutilasi kepala korban. Tragisnya, saat eksekusi berlangsung, Agus masih dalam keadaan hidup.

“Di lokasi kejadian tidak ditemukan bercak darah karena semua terbawa arus air di saluran irigasi,” kata Margono.

Setelah memastikan korban tak bernyawa, Eko berusaha menghilangkan jejak. Ia membuang bagian tubuh Agus di lokasi berbeda:

  • Kepala Agus dibungkus dengan jaket milik korban dan dibuang ke Sungai Ngrecok, Desa Sidomulyo, Megaluh.
  • Sosrok yang digunakan untuk mutilasi dililit dengan pakaian korban, lalu dibuang ke Sungai Beweh, Desa Ngogri, Megaluh.
  • Tubuh korban dibiarkan tergeletak di saluran irigasi Dusun Dukuhmireng.

Pencarian Barang Bukti dan Proses Hukum

Aparat kepolisian masih melakukan pencarian barang bukti, terutama pakaian korban yang hanyut di sungai berarus deras. Margono menegaskan bahwa tindakan pelaku dilakukan untuk menghilangkan jejak serta menyulitkan identifikasi korban.

“Pelaku ingin menghilangkan bukti kejahatan, namun kami akan terus mendalami kasus ini dan mencari semua barang bukti yang diperlukan,” jelasnya.

Kasus ini masih terus dikembangkan oleh pihak kepolisian, sementara pelaku kini harus menghadapi proses hukum atas tindakan kejinya.

Warganet Ramaikan Dukungan untuk Sukatani Band yang Viral karena Lagu “Bayar Bayar Bayar”

Dukungan warganet terus mengalir untuk Sukatani Band, grup musik asal Purbalingga, Jawa Tengah, yang belakangan ini viral setelah merilis video permintaan maaf atas lagu mereka yang berjudul “Bayar Bayar Bayar”—sebuah kritik terhadap institusi kepolisian.

Kedua personel band, Novi Citra Indriyani dan Muhammad Syifa Al Ufti, mengunggah video klarifikasi mereka, yang kemudian menyebar luas di berbagai media sosial, seperti X (Twitter) dan Instagram.

Reaksi Warganet dan Solidaritas yang Menggema

Tak sedikit warganet yang merasa kecewa atas permintaan maaf tersebut. Musisi dan masyarakat umum ramai-ramai menunjukkan solidaritas mereka untuk Sukatani Band. Di X (Twitter), topik “Bayar Polisi” dan “Kami Bersama Sukatani” menjadi trending topic sejak kemarin hingga hari ini, Jumat (21/2/2025).

Sementara itu, di Instagram, banyak musisi dan pengguna lain yang mengunggah template Instagram Stories berisi kritik terhadap kepolisian yang dianggap tidak menerima kritik. Template ini dibagikan secara berantai, dengan banyak di antaranya menyuarakan dukungan untuk para personel Sukatani Band.

Tak hanya warganet, sejumlah musisi dan figur publik juga mengekspresikan kekesalan mereka atas dugaan pembungkaman karya seni melalui unggahan di X (Twitter) dan Threads.

Seorang pengguna X menulis,

“Mas Cipoy dan Mbak Citra, tetap semangat! Bukan cuma anak-anak Purbalingga yang dukung kalian, solidaritas semakin luas. Kalau butuh istirahat, ambil saja dulu. Karya kalian terbukti tetap relevan. Mereka saja yang panik. #KamiBersamaSukatani.”

Dukungan dari Yayasan LBH dan Rencana Aksi

Dukungan untuk Sukatani Band juga datang dari Yayasan LBH Indonesia (YLBHI), yang menegaskan pentingnya kebebasan berekspresi.

“Solidaritas @KamibersamaSukatani dari seluruh keluarga besar LBH YLBHI. Negara seharusnya menjamin kebebasan berekspresi, bukan membatasi dan membredel karya seni, terutama yang mengkritik pejabat. Mari terus nyalakan solidaritas!” tulis akun resmi yayasan tersebut di X.

Beberapa pengguna X lainnya juga menyebut bahwa lagu “Bayar Bayar Bayar” berpotensi diputar di stadion sepak bola sebagai bentuk perlawanan simbolis.

Selain itu, sejak tadi malam, muncul ajakan untuk menggelar aksi damai dengan membawa sound system dan memutar lagu tersebut sebagai bentuk protes.

“Aksi besok bawa sound horeg, setel lagu Bayar Bayar Bayar, seru banget pasti. #IndonesiaGelap nih, masa sama lirik lagu aja takut. Sampai musisinya direpresi. #KamiBersamaSukatani,” tulis seorang netizen.

Sukatani Band dan Permintaan Maaf yang Viral

Sukatani Band, grup punk dari Purbalingga, tiba-tiba menjadi perbincangan hangat setelah lagu “Bayar Bayar Bayar” viral di media sosial.

Lagu yang menyoroti praktik pungutan liar dalam layanan kepolisian ini memuat lirik seperti, “Mau bikin SIM, bayar polisi. Ketilang di jalan, bayar polisi.” Kontroversi yang muncul akhirnya membuat band ini mengunggah permintaan maaf resmi pada 20 Februari 2025 melalui akun Instagram @sukatani.band, yang ditujukan kepada Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo dan institusi Polri.

Gitaris band, Muhammad Syifa Al Luthfi (Alectroguy), menjelaskan bahwa lagu tersebut sebenarnya ditujukan untuk oknum kepolisian yang melakukan pelanggaran.

Namun, klarifikasi ini tidak cukup untuk meredam perdebatan publik. Sebagian besar warganet menduga ada tekanan dari pihak tertentu yang membuat mereka harus menarik lagu tersebut dari peredaran.

Polri Tegaskan Tidak Anti-Kritik

Di tengah kontroversi yang memanas, Polri menyatakan tidak anti-kritik dan menegaskan bahwa Kapolri selalu mengingatkan jajarannya agar bersikap terbuka terhadap kritik. Namun, mereka tidak memberikan pernyataan lebih lanjut mengenai permintaan maaf Sukatani Band.

Peristiwa ini terus menjadi sorotan, dengan tagar #KamiBersamaSukatani yang bertahan di trending topic. Banyak pihak menyayangkan penarikan lagu dan menganggapnya sebagai bentuk pembungkaman kritik.

Di sisi lain, muncul spekulasi bahwa permintaan maaf dan penghapusan lagu ini bisa saja menjadi strategi promosi yang mendongkrak popularitas Sukatani Band lebih jauh.

Kecelakaan Maut, Kurir 12 Kg Sabu-Sabu Tertangkap di Tol

Dua pria yang berperan sebagai kurir narkoba harus menerima nasib sial setelah kendaraan yang mereka gunakan mengalami kecelakaan di Tegal, Jawa Tengah. Bukannya berhasil mengantarkan barang haram, insiden tersebut justru membuka jalan bagi pihak kepolisian untuk mengungkap aksi penyelundupan yang mereka lakukan. Dua tersangka berinisial SN (30) dan HS (42) kini harus berhadapan dengan hukum akibat perbuatan mereka.

Perjalanan Terhenti di Tegal: Dari Lampung Menuju Surabaya

Menurut keterangan Direktur Reserse Narkoba Polda Jawa Tengah, Kombes Pol. M Anwar Nasir, kasus ini bermula ketika kedua tersangka berangkat dari Lampung pada 17 Februari 2025. Mereka diduga mengambil paket sabu-sabu dari jaringan pemasok dan berencana mengirimkannya ke Surabaya sebagai tujuan akhir.

Namun, takdir berkata lain. Saat melintas di ruas jalan tol wilayah Tegal, kendaraan mereka justru menabrak sebuah truk. Peristiwa ini menarik perhatian petugas, yang akhirnya menemukan fakta mengejutkan terkait penyelundupan narkoba yang tengah mereka lakukan.

Upaya Menghilangkan Barang Bukti Berakhir Gagal

Menyadari situasi semakin sulit, kedua tersangka mencoba membuang tas berisi sabu ke sekitar lokasi kecelakaan dengan harapan dapat menghilangkan barang bukti. Sayangnya, aksi mereka terlihat oleh sopir truk yang terlibat dalam kecelakaan tersebut.

Ketika petugas tiba di lokasi untuk mengevakuasi kendaraan, mereka langsung melakukan pemeriksaan menyeluruh. Tak butuh waktu lama, tas berisi 12 kilogram sabu-sabu pun ditemukan. Upaya pelaku untuk mengelabui petugas pun gagal total.

Dugaan Masih Ada 5 Kg Sabu yang Belum Ditemukan

Selain barang bukti yang telah diamankan, kepolisian juga menduga masih ada 5 kilogram sabu lainnya yang belum ditemukan.

“Kami masih menelusuri kemungkinan keberadaan dua paket sabu tambahan yang diduga ditinggalkan di sekitar rumah sakit. Dugaan ini muncul setelah salah satu tersangka diketahui sempat mengunjungi rekannya yang dirawat pasca kecelakaan,” ujar Kombes Pol. M Anwar Nasir dalam konferensi pers di Semarang, Jumat (21/2/2025).

Hukuman Berat Menanti Para Pelaku

Akibat perbuatannya, kedua tersangka dijerat dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dengan jumlah barang bukti yang cukup besar, mereka terancam hukuman penjara seumur hidup hingga hukuman mati.

Pengungkapan kasus ini membuktikan bahwa peredaran narkoba di Indonesia masih menjadi ancaman serius. Namun, keberhasilan aparat dalam mengungkap kasus ini juga menunjukkan bahwa kerja sama antara kepolisian dan masyarakat sangat penting dalam memberantas jaringan narkoba.

Saat ini, polisi masih terus melakukan penyelidikan guna mengungkap jaringan yang lebih besar di balik upaya penyelundupan ini.

Fenomena Oarfish: Ilmuwan Ungkap Fakta di Balik Mitos Tanda Buruk!

Kemunculan ikan oarfish, yang sering disebut sebagai “ikan kiamat,” kerap dikaitkan dengan pertanda bencana alam di berbagai belahan dunia. Mitos yang berkembang menyebutkan bahwa ikan ini muncul ke permukaan sebagai peringatan akan terjadinya gempa bumi atau tsunami. Namun, benarkah kepercayaan tersebut memiliki dasar ilmiah, atau hanya sekadar legenda yang diwariskan dari generasi ke generasi?

Legenda di Balik Kemunculan Oarfish

Dalam berbagai budaya, kemunculan ikan oarfish telah lama dianggap sebagai pertanda buruk. Dengan tubuh panjang menyerupai ular laut dan dapat mencapai ukuran lebih dari 10 kaki, ikan ini jarang terlihat karena habitatnya berada di laut dalam.

Di Jepang, oarfish dikenal sebagai ryugu no tsukai, atau “utusan dari istana dewa laut.” Kepercayaan ini telah ada sejak abad ke-17 dan semakin diperkuat oleh sejumlah laporan yang mengaitkan kemunculan ikan ini dengan peristiwa gempa besar. Sebagai contoh, menjelang gempa dahsyat di Jepang tahun 2011 yang memicu tsunami besar di Fukushima, tercatat sekitar 20 oarfish terdampar di pantai Jepang.

Tak hanya di Jepang, mitos serupa juga berkembang di berbagai wilayah pesisir dunia. Baru-baru ini, pada pertengahan Agustus 2024, seekor ikan oarfish ditemukan mengambang di dekat La Jolla Cove, San Diego, oleh kelompok pendayung kayak dan snorkeler. Kejadian tersebut menandai penampakan ke-20 oarfish di perairan California dalam kurun waktu 125 tahun.

Penjelasan Ilmiah di Balik Fenomena Oarfish

Meski banyak yang percaya bahwa kemunculan oarfish berkaitan dengan aktivitas seismik, penelitian ilmiah justru menunjukkan hal yang berbeda. Zachary Heiple, mahasiswa doktoral di Scripps Institution of Oceanography yang ikut menemukan oarfish di San Diego, mengakui bahwa mitos tersebut masih banyak dipercaya.

“Ada anggapan bahwa ikan ini merupakan pertanda buruk atau tanda akan terjadi gempa bumi dan tsunami,” ujar Heiple, dikutip dari Live Science. Namun, menurut penelitian yang diterbitkan dalam Bulletin of the Seismological Society of America pada 2019, tidak ditemukan hubungan langsung antara kemunculan oarfish dan aktivitas tektonik.

Senada dengan itu, Profesor Hiroyuki Motomura dari Universitas Kagoshima juga meragukan keterkaitan oarfish dengan bencana alam. Menurutnya, kemunculan ikan ini di perairan dangkal kemungkinan besar lebih berkaitan dengan kondisi fisik ikan yang melemah.

“Lebih masuk akal jika melihat ini sebagai tanda kesehatan ikan yang memburuk, bukan sebagai tanda gempa bumi yang akan datang,” kata Motomura dalam wawancara yang dikutip dari Times of India.

Situs Ocean Conservancy juga menjelaskan bahwa ketika ikan oarfish muncul ke permukaan, hal itu umumnya disebabkan oleh kondisi yang tidak normal. Ikan yang sakit, sekarat, atau kehilangan orientasi biasanya akan terbawa arus hingga mencapai perairan dangkal, yang akhirnya membuatnya terdampar di pantai.

Mengapa Oarfish Bisa Mati dan Terdampar?

Meski belum ada kepastian mengenai penyebab utama fenomena ini, para ilmuwan terus meneliti faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kematian dan terdamparnya ikan oarfish. Tim dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) membawa spesimen yang ditemukan di California ke Southwest Fisheries Science Center untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Menurut Ben Frable, seorang ahli ikan dari Scripps Institution of Oceanography, ada kemungkinan bahwa perubahan kondisi laut berperan dalam fenomena ini.

“Kematian tiga ikan oarfish yang muncul ke permukaan mungkin berkaitan dengan perubahan kondisi laut dan peningkatan populasi ikan oarfish di perairan kita,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa fenomena ini bisa dikaitkan dengan pola iklim global seperti siklus El Niño dan La Niña, yang memengaruhi suhu dan arus laut. Namun, faktor lain seperti arus laut yang kuat juga dapat menyebabkan ikan ini terseret ke perairan dangkal, di mana mereka kesulitan kembali ke habitat aslinya di laut dalam.

Kesimpulan: Antara Mitos dan Fakta

Walaupun kisah-kisah tentang ikan oarfish sebagai “ikan kiamat” masih berkembang di berbagai budaya, penelitian ilmiah sejauh ini tidak menemukan bukti yang menghubungkan kemunculannya dengan gempa bumi atau tsunami. Sebaliknya, faktor kesehatan, perubahan ekosistem, dan kondisi laut diyakini sebagai alasan utama mengapa ikan ini sesekali muncul di perairan dangkal dan terdampar di pantai.

Terlepas dari mitos yang ada, keberadaan oarfish tetap menjadi fenomena menarik bagi dunia ilmiah. Studi lebih lanjut mengenai ikan laut dalam ini masih terus dilakukan untuk mengungkap lebih banyak tentang kehidupan dan peran ekologisnya di lautan.

Nekat Keluar dari Mobil di Taman Safari, Pengunjung Terancam Sanksi

Jagat maya tengah diramaikan oleh sebuah video yang memperlihatkan sekelompok pengunjung Taman Safari Indonesia (TSI) di Bogor yang nekat turun dari kendaraan saat berada di kawasan satwa.

Tindakan ini menuai kecaman dari berbagai pihak karena melanggar peraturan yang telah diberlakukan. Pihak pengelola taman sudah menyediakan berbagai imbauan, termasuk papan peringatan yang jelas melarang pengunjung untuk keluar dari mobil dan mendekati satwa liar.

Terekam di Kamera, Aksi Pengunjung Jadi Sorotan

Dalam video yang diunggah oleh akun Instagram (@radendim), terlihat mobil berpelat nomor F berhenti di area Safari Journey, dan sejumlah penumpang—termasuk anak-anak serta beberapa ibu—turun mendekati hewan yang berada di sekitar mereka.

Tak butuh waktu lama, video ini viral dan menjadi bahan perbincangan warganet. Kejadian tersebut semakin menuai kritik karena terlihat jelas adanya papan peringatan yang menginstruksikan agar pengunjung tetap berada di dalam kendaraan.

Pihak Taman Safari Indonesia Angkat Bicara

Menanggapi insiden ini, Senior Vice President Marketing Taman Safari Indonesia Group, Alexander Zulkarnaen, menyampaikan keprihatinannya. Ia menegaskan bahwa seluruh pengunjung wajib mematuhi aturan yang ada demi keselamatan mereka sendiri serta kesejahteraan satwa di taman tersebut.

“Kami sangat menyayangkan tindakan ini. Keselamatan pengunjung dan kesejahteraan satwa adalah prioritas utama kami,” ujarnya dikutip dari Merdeka.

Ia juga menambahkan bahwa hanya petugas (keeper) yang diperbolehkan turun di area satwa, sementara pengunjung yang melanggar akan dikenakan sanksi tegas sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Pelanggar Akan Dikenakan Sanksi

Lebih lanjut, pihak TSI memastikan bahwa pelanggar aturan akan mendapat sanksi tegas. Sanksi yang diberlakukan bisa berupa teguran langsung, pengusiran dari kawasan wisata, hingga pelaporan kepada pihak berwenang apabila pelanggaran yang dilakukan dinilai serius.

Aturan ketat ini diterapkan bukan tanpa alasan, terutama di zona satwa buas seperti singa, harimau, dan beruang, yang tetap memiliki naluri predator alami.

“Kami berharap kejadian serupa tidak terulang kembali. Setiap aturan dibuat demi keselamatan bersama, baik untuk pengunjung maupun satwa yang ada di dalam taman konservasi ini,” pungkasnya.

Insiden Penusukan di Bogor: Korban Masih Dirawat di Rumah Sakit

Seorang pria berinisial D (33) menjadi korban penusukan di sebuah kawasan perumahan di Desa Cikahuripan, Klapanunggal, Bogor, Jawa Barat. Insiden ini terjadi setelah ia membuat polisi tidur (speed bump) di lingkungan tempat tinggalnya. Pelaku yang diketahui berinisial GS (28) kini telah diamankan oleh pihak kepolisian.

Korban Masih Dirawat, Sudah Bisa Berikan Keterangan

Kapolsek Klapanunggal, AKP Silfi Adi Putri, mengungkapkan bahwa korban D saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit akibat luka yang dideritanya. Meski begitu, kondisinya mulai membaik dan ia sudah bisa dimintai keterangan oleh pihak penyidik.

“Hingga saat ini, korban masih menjalani perawatan di rumah sakit. Namun, ia sudah bisa memberikan keterangan kepada penyidik,” ujar AKP Silfi kepada awak media, Rabu (19 Februari 2025).

Sementara itu, pelaku GS telah ditangkap tak lama setelah kejadian dan kini tengah menjalani proses hukum lebih lanjut.

Pelaku Ditangkap dan Resmi Jadi Tersangka

Polisi telah menetapkan GS sebagai tersangka dalam kasus ini. Ia diduga nekat melakukan aksi penusukan lantaran tidak terima dengan adanya polisi tidur yang dibuat oleh korban di lingkungan perumahan tersebut.

“GS telah resmi kami tetapkan sebagai tersangka,” ujar AKP Silfi menegaskan.

Atas perbuatannya, GS dijerat dengan pasal berlapis, yakni Pasal 351 KUHP tentang Penganiayaan, Pasal 170 KUHP tentang Kekerasan, serta dijerat dengan Undang-Undang Darurat. Jika terbukti bersalah, pelaku terancam hukuman penjara maksimal 10 tahun.

“Kami mengenakan Pasal 351 KUHP dan/atau 170 KUHP serta Undang-Undang Darurat kepada pelaku. Ancaman hukuman maksimalnya 10 tahun penjara,” tambahnya.

Hingga saat ini, pihak kepolisian masih terus melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait motif di balik aksi kekerasan ini. Insiden ini pun menjadi peringatan bagi masyarakat agar menyelesaikan perbedaan pendapat dengan cara yang lebih bijak dan tidak berujung pada tindak kriminal.